Minggu, 07 Desember 2014

Berondongan Kririk Kepada Jokowi



Sehari setelah pelantikan sampai saat ini, berondongan kritik ke arah Jokowi nyaris tak henti. Mirip ISIS (The Islamic State of Iraq and Syria) dengan senapan laras panjangnya yang mengelilingi korban lalu memberondongnya dengan timah panas. 

Illustrasi: http://www.inilah-salafi-takfiri.com/
Sebelum pengumuman kabinet, sasaran tembak ada dua. Pertama, pengumuman menteri dianggap terlalu lama. Banyak yang berharap, nama-nama menteri mestinya diumumkan sehari setelah pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) sebagai Presiden dan Wakil Presiden (Wapres).  Alsannya, jauh hari sebelumnya Jokowi sudah berjanji langsung bekerja. Pada saat pelantikan pun, Jokowi berkali-kali menekankan kata: “kerja, kerja, dan kerja!”

Kedua, pelibatan KPK dan PPATK dalam proses penentuan nama-nama Menteri. Kritik ini tidak hanya diarahkan ke Jokowi. Tetapi juga ke KPK dan Abraham Samad. 

Kamis, 20 November 2014

Prabowo Subianto Menjawab Kekuatiran Bangsa?



Pengantar:
Tulisan ini ditulis beberapa hari setelah pelantikan Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019 pada tanggal 20 Oktober 2014. Penayangannya di blog ini tertunda karena berbagai kesibukan.
-----------

Ada setidaknya dua tindakan penting Prabowo Subianto (PS) yang layak diapresiasi. Pertama, kesediaannya menghadiri pelantikan Presiden dan Wakil Presiden (WaPres) Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), tanggal 20 Oktober 2014; kedua, kunjungannya kepada WaPres, JK, keesokan harinya.

Kedua tindakan itu merupakan anti tesis sikap keras beliau sebelumnya yang terus berseberangan dengan Jokowi-JK. Berawal dari hasil quick count oleh dua kelompok antagonistis sesaat setelah pemungutan suara Pilpres, 9 Juli 2014. Empat lembaga survey memenangkan pasangan PS-HR (Hatta Radjasa), dan tujuh lainnya memenangkan pasangan Jokowi-JK.

Prabowo Subianto (http://www.tribunnews.com)
Sikap keras PS makin kentara ketika mendeklarasikan pengunduran dirinya dari proses sekaligus menolak hasil pelaksanaan pilpres 2014. Dalam nada sangat emosional, PS menyatakan bahwa pelaksanaan Pilpres cacat hukum, tidak jujur serta tidak adil, bahkan bertentangan dengan UUD 1945. PS bahkan menilai, Pilpres di negara fasis pun masih lebih baik dibandingkan dengan Pilpres Indonesia, 2014. Puncaknya, PS menggugat hasil Pilpres di MK, walaupun akhirnya ditolak.

Rabu, 30 April 2014

Pariwisata Lokomotif Pembangunan Kepulauan Nias


Pertemuan para Kepala Daerah Kepulauan Nias dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Phoenix Hotel Yogyakarta tanggal 24-25 April 2014 menghasilkan kebulatan tekad untuk mengembangkan pariwisata menjadi lokomotif pembangunan kepulauan Nias.


(dari kiri) Sekda Kab Nisut Haogosokhi Hulu, SE., MM; 
Wabub Nisbar, Hermit Hia, S.IP; 
Walikota Gunungsitoli, Drs. Martinus Lase, M.Sp; 
Bupati Nias, Drs. Sokhiatulo Laoli, MM; 
Dr. Fonali Lahagu (sesepuh masyarakat Nias Jateng dan DIY).
 
Pertemuan berlabel “Workshop Asistensi Penguatan Destinasi Nias” itu merupakan upaya Wamen Kemenparekraf, Dr. Sapta Nirwandar, untuk memfasilitasi terlaksananya lokakarya di Nias, Mei 2014. Tujuannya ialah mencari solusi agar pariwisata Nias naik kelas dari kawasan strategis pariwisata menjadi destinasi wisata utama nasional di kawan Barat Indonesia.

Seriusnya workshop ditandai dengan hadirnya hampir seluruh pejabat teras dari Nias. Tiga Kepala Daerah hadir (Bupati Nias, Drs. Sokhiatulo Laoli, MM; Bupati Nias Barat, Adrianus Aroziduhu Gulo, SH., MH; Walikota Gunungsitoli, Drs. Martinus Lase, M.Sp). Dua lainnya, Drs. Idealisman Dachi, Bupati Nisel dan Drs. Edward Zega, B.Sc., MM dari Nisut, berhalangan hadir.

Sabtu, 26 April 2014

"Perseteruan" Prabowo - Mega


Oleh Yosafati Gulo

PEMBERIAN mandat oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi untuk menjadi capres 2014- 2019 ibarat tabung oksigen bagi yang sesak napas di ruang harap-harap cemas atas sikap Mega yang selama ini berkesan tertutup.

Bagi mereka, utamanya pendukung, mandat itu terasa melegakan. Bagaimana dengan Prabowo? Jelas berbeda. Baginya, berita itu ibarat letupan senapan yang mengarah langsung, dan ia pun langsung merespons. Bukan sekadar mengelak, naluri ketentaraannya seakanakan membuatnya siap bertarung. Reaksi publik pun bermunculan.

Joko Widodo (http://www.republika.co.id)
Ada yang senang dan ada yang tidak. Yang kentara adalah adanya anggapan hubungan politik antara Megawati dan Prabowo pecah. Serangan-serangan tersirat Prabowo kepada Jokowi selama masa kampanye pileg, dimaknai sebagai bukti bahwa hubungan antara PDIP dan Gerinda; antara Megawati-Jokowi dan Prabowo; sudah kacau.

Rabu, 26 Maret 2014

Alternatif Solusi Penyeru Golput



Oleh Yosafati Gulo

"Bila memang menghendaki kebaikan bangsa dan negara, solusinya bukan dengan menjadi golput"


SEJUMLAH orang terus menggaungkan niat untuk menjadi golput. Daripada memilih caleg bobrok mendingan menjadi golput. Lagi pula, memilih untuk tidak memilih juga sah secara hukum. Tidak menggunakan hak pilih adalah bagian dari hak asasi manusia. Itulah antara lain argumen yang dipakai oleh penyeru golput.

Sepintas, alasan tersebut masuk akal. Orang normal, mustahil memilih yang tak normal, apalagi bobrok. Juga caleg yang hobi korupsi, kerap melanggar etika dan norma susila, atau suka tipu-tipu, memang tak perlu dipilih. 

Minggu, 16 Maret 2014

"Membakar" Akar Kebakaran Hutan di Riau




Pembakaran hutan yang menimbulkan kabut asap di Riau seolah sudah merupakan ritual tahunan. Tiap tahun terjadi dan tiap tahun pula rakyat menjadi korban. Bukan cuma rakyat Indonesia di Riau. Tapi juga di daerah sekitar, bahkan rakyat negara tetangga, Malaysia dan Singapura. 

Gangguan asap tidak pilih-pilih. Yang penting, bila punya mata dan hidung, Anda pasti merasakannya. Oleh sebab itu, gangguan asap selalu meluas. Selain kesehatan, asap turut mengganggu kelancaran transportasi darat dan udara. Sampai awal Maret 2014, Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mengabarkan lebih 200 penerbangan menjadi 'korban'. Ada penundaan dan ada pembatalan penerbangan. Ketebalan asap ternyata memendekkan visibilitas pilot di bawah ambang batas keselamatan penerbangan. (goriau.com)

Rabu, 19 Februari 2014

Manusia di Hadapan Letusan Gunung dan Banjir



Oleh Yosafati Gulo

Setiap bencana pastilah tidak menyenangkan manusia. Lebih-lebih mereka yang mengalami langsung atau yang tinggal di sekitar lokasi bencana. Perasaan penduduk sekitar Gunung Kelud tidak beda dengan perasaan mereka di sekitar Sinabung di Tanah Karo atau Penduduk Jakarta dan Manado ketika dihantam banjir.


Bagi manusia, letusan Gunung Kelud, Sinabung, dan lainnya, atau Banjir Jakarta dan Manado disebut bencana. Padahal bagi Kelud, Sinabung, dan air tidak begitu. Dari perspektif gunung dan air, peristiwa yang oleh manusia disebut bencana itu, hanyalah sebuah proses wajar, proses penyeimbangan dan normalisasi diri. 


Mengapa manusia menamakannya bencana? Tidak lain karena efeknya bagi manusia tidak dapat dihitung secara matematis. Bayangkan saja berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia di pengungsian. Juga waktu relawan dan biaya yang dikeluarkan  untuk keperluan pengungsi dan petugas. Berapa banyak tanaman rusak, ternak mati, rumah rusak, pekerjaan di lembaga pemerintahan dan pabrik terganggu, berapa banyak biaya pengobatan rakyat yang jatuh sakit, dan seterusnya.

Kamis, 23 Januari 2014

Derasnya “Banjir” Dukungan Ruhut Sitompul dan Amin Rais Kepada Jokowi



Oleh Yosafati Gulo

Banjir di Jakarta ternyata tidak melulu banjir air. Ada banyak “banjir” lain yang nunut. “Banjir” macet, pasti. Pengungsi, tentu saja. “Banjir orang baik” dan “banjir peduli sosial” makin deras. Dan banyak lagi. 

Ditinjau dari sisi apa saja, “banjir-banjir” itu ada yang perlu dan tidak. Ada yang membangun dan ada yang melemahkan. Namun, semua itu dapat menjadi bahan pembelajaran.

Gubernur-Wakil Gubernur DKI: Jokowi-Ahok (http://fokus.news.viva.co.id/)
Dari sisi politik, banjir di Jakarta juga bermanfaat. Selain menjadi “banjir” kampanye tak resmi dari banyak Parpol, ia menderaskan “banjir” dukungan kepada Jokowi. “Banjir” yang ini bukan cuma dari awam, tetapi dari elite Partai Politik yang terus mengalir. Wujudnya memang tidak tunggal. Dua di antaranya adalah dukungan yang tampil secara saling bertentangan.